Selasa, 07 April 2015

                           MY BIOGRAFI                                






haii,,, nama q ana minniswatil maghfiroh saya kelas 9d di MTsN JOMBANG KAUMAN  saya mndapat tugas dari guru TIK saya untuk membuat blog,

Sabtu, 04 April 2015

FOTO SAHABAT2 Q


















  • Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”
  •  Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya
  •  Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya


FRIENDSHIP,,,,,,,,
Hasil gambar untuk mtsn jombang kauman






Anggota PASPRAMJOKA MTsN Jombang Kauman

kisah UJE

ah Uje, Dari Maksiat Menjadi Ustad



JAKARTA, muslimdaily.co - Pagi dini hari Jum’at, 15 Jumadil Akhir 1434 H/ 26 April 2013 M, sekitar pukul 01.00 WIB, sebuah motor sport Kawasaki ER 650 CC bernomor polisi B 3590 SGQ melaju dari kawasan Kemang. Motor berwarna hijau itu melintas di Bundaran Pondok Indah arah jalan Gedong Hijau Raya. Tepat di depan rumah nomor 17 PB-38, motor tiba-tiba oleng. Sang pengendara motor terhunyung jatuh.
Ia kehilangan kontrol kendali motor dan menabrak trotoar samping kiri sebelum membentur pohon palem. Pengendara motor itu pun terpental 3-4 meter ke depan dalam posisi telungkup. Helmnya terlepas. Sang pengendara itu baru diketahui ternyata dai muda kondang yang akrab disapa Uje, ustad Jeffri Al Bukhori.
Kasubdit Penegakan Hukum Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Darmanto menduga pengendara mengantuk dalam posisi laju yang kencang.
Uje sempat dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah dan dipindahkan ke Rumah Sakit Fatmawati. Tapi nyawanya sudah ditakdirkan kembali ke sisi Allah SWT. Ia meninggal dalam usia 40 tahun.
Pelajaran Masa Lalu
Almarhum Ustad Jeffri Al Bukhori semasa hidupnya memiliki nama populer Uje. Dilahirkan di Jakarta, 12 April 1973, kehidupan Uje penuh dengan dinamika. Ia melalui proses panjang sebelum kemudian dikenal sebagai seorang pendakwah atau ustad yang tampil mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda. Ustad Gaul demikian kira-kira masyarakat menyebutnya.
Perjalanan hidup Jeffry Al Buchori sungguh dahsyat. Penuh gejolak dan tikungan tajam. Proses pergulatan yang luar biasa ia alami sampai ia menemukan kehidupan yang tenang dan menenteramkan.
Uje lahir dengan nama lengkap Jeffry Al Buchori Modal pada 12 April 1973 di Jakarta. Waktu lahir, keluarganya sudah menetap di Jakarta. Uje terlahir sebagai anak tengah, anak ke-3 dari lima bersaudara. Tiga saudara kandungku laki-laki, dan si bungsu adalah perempuan.
Apih (panggilan Uje untuk ayahnya_red), M. Ismail Modal, merupakan pria bertubuh tinggi besar asli Ambon, sedangkan sang ibu, Tatu Mulyana asli Banten.
Berada di lingkungan keluarga yang taat agama membuat Uje menyukai pelajaran agama. Sewaktu kelas 5 SD, ia pernah ikut kejuaraan MTQ sampai tingkat provinsi. Selain agama, pelajaran yang juga disukai Uje adalah kesenian. Setelah kenaikan kelas 3, Uje langsung melompat ke kelas 5. Tidak tahu kenapa alasannya.
Saat masih duduk di bangku sekolah kelas 3-5 SD Uje pernah meraih prestasi sebagai Juara MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai tingkat provinsi. Setelah lulus SD, bersama kedua kakaknya, Alm. Ustad H. Abdullah Riyad dan Ustad H. Aswan Faisal, melanjutkan studinya di Madrasah Pondok Pesantren Daar Al-Qolam, Gintung, Jayanti.
Semenjak masuk di Pesantren inilah, Uje mulai nakal. Di pesantren, ia sering berulah. Kabur dari pesantren untuk main atau nonton di bioskop adalah hal biasa dulu dilakukannya. Hukuman kepala dibotaki menjadi langganannya.
Dalam memoar yang dikisahkannya, Uje seperti merasa punya kepribadian ganda. “Di satu sisi aku nakal, di sisi lain keinginan untuk melantunkan ayat-ayat suci begitu kuat. Tiap ada kegiatan keagamaan, aku selalu terlibat,” tulisnya dalam kisahnya.
“Tinggal dalam lingkungan pesantren, kelakuan burukku bukannya berkurang, malah makin menjadi. Puncaknya, aku sudah bosan bersekolah di pesantren,” katanya mengisahkan masa lalunya.
Pada akhirnya, hanya empat tahun Uje betah di pesantren. Dua tahun sebelum menamatkan pelajaran, ia keluar. Ia pindah ke sekolah aliyah (setingkat SMA_red). Rupanya keluar dari pesantren juga tidak membuatnya lebih baik. Beranjak remaja Uje justru jadi makin nakal.
Di masa inilah Uje remaja mulai mengenal narkoba. Dia sering kabur dan pergi tanpa tujuan yang jelas. Ibarat burung yang lepas dari sangkar, terbang tak terkendali. Masa SMA seperti masa yang suram yang baginya. Di masa SMA, ia hampir tak punya teman sebaya. Ia lebih sering bergaul dengan pemuda berusia 20 tahunan. Berpacaran pun dengan yang lebih tua. Hanya bertahan setahun, ia pindah ke SMA lain.
Di tempat yang baru ia mulai mengenal dunia malam. Ia mengenal dunia ini di usia 16 tahun. Baginya saat itu, diskotek lebih menarik daripada sekolah dan apapun. Bertualang dari diskotik satu ke diskotik lain, Uje remaja sampai larut sebagai seorang penari (dancer). Bahkan ia beberapa kali berhasil memboyong piala ke rumah sebagai the best dancer. Dengan segala kenakalannya, tahun 1990 Uje masih mampu lulus SMA.
Tahun 1990, Uje mulai kenal dunia film. Ia pertama kali bermain dalam sinetron Pendekar Halilintar. Mengetahui Uje bermain sinetron, ayahnya mati-matian menentang. Ayahnya merasa tahu persis bagaimana lingkungan dunia film. Ayah Uje sendiri pernah bermain dalam film action Macan Terbang dan Pukulan Berantai.
Ditentang sang ayah tak membuatnya surut. Nasihat ayahnya tak lagi dia dengarkan. Sementara tawaran main sinetron yang berdatangan membuatnya makin yakin dengan jalan hidupnya. Akhirnya konflik antara dia dan orang tua.
Meski konflik dengan orangtua, kariernya di dunia seni peran terus melaju. Uje bahkan mendapat peran dalam sinetron drama Sayap Patah yang juga dibintangi Dien Novita, Ratu Tria, dan WD Mochtar. Penobatannya sebagai Pemeran Pria Terbaik dalam Sepekan Sinetron Remaja yang diadakan TVRI tahun 1991 makin membuatnya bangga dan jauh dari orangtua.
Suatu hari di tahun 1992, ayahnya meninggal karena sakit. Bukannya sadar, kesombongan Jeffri justru  lebih besar dari sebelumnya. Ia merasa berprestasi dan punya uang banyak. Tak seorang pun yang ia dengarkan lagi nasihatnya.
Ia makin tenggelam sebagai pecandu narkoba. Ia makin jauh dari Tuhan. Bersebelahan rumah dengan masjid tak banyak membawanya kepada hal baik. Kejahatan demi kejahatan moral terus ia lakukan. Larangan agama dengan ringan ia terjang.
Titik balik
Titik balik Jeffri bermula saat ia bermimpi melihat jasadnya sendiri dalam kain kafan pada suatu hari. Antara sadar dan tidak, ia terpana sambil bertanya pada diri sendiri.
“Benarkah itu jasadku? Aku juga disiksa habis-habisan. Begitulah, setiap tidur aku selalu bermimpi kejadian yang menyeramkan. Dalam tidur, yang kudapat hanya penderitaan. Aku jadi takut tidur. Aku takut mimpi-mimpi itu datang lagi,” tulisnya dalam memoar Uje tentang masa lalunya sebagai pelajaran orang lain.
Ketakutannya kepada kematian mulai perlahan menyadarkan Uje. Rasa takut mati itulah yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ada yang tidak meninggalkanya dalam keadaan seperti itu, yaitu Allah.
Perlahan, Jeffri mulai teringat kembali pada-Nya dan menyesali semua perbuatanku selama ini. Pelan-pelan, keadaannya membaik. Kesadaran-kesadaran itu datang kembali. Ia mulai menemui sang ibunda. Ia bersimpuh meminta maaf atas semua dosa yang kulakukan.
Melihat arah positif dari sang anak, ibunya pun langsung mengajak umrah. Dengan kondisi yang masih labil dan rapuh, Jeffri berangkat ke Tanah Suci. Di sana, ia mengalami beberapa peristiwa yang membuatnya sadar pada dosa-dosa sebelumnya. Usai salat Jumat di Madinah, ibunda  mengajaknya ke Raudhoh.
Di Raudhoh, sang ibunda terus meminta ampunan pada Allah. Sedangkan Jeffri memilih keluar. Ia berjalan menuju makam Nabi Muhammad sambil bersalawat. Begitu keluar dari pintu masjid, ia merasa seperti ada yang menarik. Kekuatan itu dirasakannya sangat besar. Ia pun lalu bersandar pada tembok. Air matanya yang dulu tak pernah keluar, seketika mengalir deras. Ia menyesali dosa-dosanya, dan berjanji tak akan melakukan lagi semua itu.
Bagai sebuah film yang sedang diputar, semua dosa yang pernah ia lakukan terbayang jelas di pelupuk mata silih berganti, mulai dari yang kecil sampai yang besar. Tiba-tiba dari mulutnya keluar kalimat permintaan ampunan pada Allah. Di Mekkah, di hadapan Kabah, ia rapatkan badan pada dindingnya.
Jeffri bersandar, menengadahkan tangan memohon ampun karena terlalu banyak dosa yang dilakukan. Ia berdoa, “seandainya sepulang dari Tanah Suci ini melakukan dosa lagi, aku minta pada Allah untuk mencabut saja nyawaku. Namun, seandainya punya manfaat untuk orang lain, aku minta disembuhkan.”
Pada tahun 1999, singkat kata Jeffri menikah dengan Pipik Dian Irawati. Pipik merupakan seorang model sampul sebuah majalah remaja tahun 1995, asal Semarang. Pipik adalah pacar lama Jeffri yang masih mencintainya saat Jeffri dalam keadaan terpuruk dan beranjak untuk bangkit.
Awal menikah, keduanya tinggal di rumah ibu Jeffri. Ibunya lah yang membiayai hidup keduanya. Keduanya tidak bekerja.
Perubahan besar terjadi pada tahun 2000. Saat itu, Fathul Hayat, kakak keduanya tiba-tiba meminta Jeffri menggantikannya memberi khotbah Jumat di Mangga Dua. Pada waktu bersamaan, dia diminta menjadi imam besar di Singapura. Dari sini lah, Jeffri perlahan menjadi ustad menggantikan kakaknya.
Pertama kali ceramah, Jeffri mendapat honor Rp 35 ribu. Kata Jeffri, ia adalah uang halal pertama yang bisa diberikan kepada istrinya.
Selanjutnya, sang kakak mantap memintanya mulai menjadi ustad tetap. Inilah jalan hidup yang kemudian dipilihnya. Jeffri mulai berceramah dan diundang ke acara seminar narkoba di berbagai tempat. Makin lama, ceramahnya makin bisa diterima banyak orang. Ia mulai dilirik televisi dan makin dikenal hingga Jeffri makin dikenal sebagai Uje. Kehidupannya yang sebelumnya dipenuhi maksiat berubah menjadi penuh sinar agama.
Namun Allah SWT punya kehendak lain. Usia Uje di dunia hanya sampai umur 40 tahun. Jumat dini hari tanggal 26 April 2013, ia mengalami kecelakaan tunggal. Allah memanggilnya kembali ke sisi-Nya. Uje meninggal dunia. Namun petuah dan pelajarannya masih dikenang masyarakat dan umat. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosanya dan menempatkannya di tempat yang terbaik. Amin. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.
Semoga kita semua bisa belajar dari sejarah Ustad Jeffri Al Bukhori (Uje) [berbagai sumber]

OGRAFI HABIB SYECH

HABIB-SYECH-FOTO
HABIB SYECH
Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm.
Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya.
Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.
Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo.
Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosulnya, tanpa disadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosul SAW, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .
Sampai sekarang, Habib Syech masih melantunkan syair-syair indah nan menggetarkan hati Sholawat Shimthud Durror di berbagai tempat, untuk di Jogja setiap malam Jumat Pahing di IAIN SUKA, Timoho.
Sholawat rutin :
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba’da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
– Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
– Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
– Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
– Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
– Jogja ( Malam Jum’at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
– Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.
Jangan hanya main band meniru dan mengidolakan gaya orang-orang kafir, tapi Nabi sendiri tidak pernah ditiru dan dipuji puji! Sudah saatnya bersholawat, menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW agar memperoleh syafaatnya dan beliau mengakui kita sebagai umatnya, karena percuma saja kita yg mengaku ngaku umatnya, tapi tidak pernah bersholawat. (


                   hati-hati dengan mie instan



 





Walapun shobat sudah terus menerus mengkonsumsi mie instan bahkan hampir setiap hari, cobalah merubah pola hidup shobat dengan mengurangi makan mie instan dengan tenggang waktu kurang lebih 4 sampai 5 hari sekali, lakukan sampai shobat benar-benar terbebas dari pengaruh makan mie instan.
Apa efek atau bahaya kita terus menerus jika terlalu banyak mengkonsumsi mie instan? Sebelum kita berlanjut ke bahaya mengkonsumsi mie instan secara berlebihan, ane kasih tahu bahan-bahan atau bumbu yang terkandung di dalam mie instan yang merugikan bagi tubuh kita shobt, Check it Out :

1. Mengandung Natrium
Berdasarkan hasil penelitian, di dalam mie instan ternyata terkandung zat natrium (Na) yang berbahaya bagi kesehatan tubuh kita. Yang mana zat ini penyebab terkena penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi dan maag apabila di konsumsi terlalu banyak dan sering.

Mengapa demikian? ini dikarenakan pada kandungan natrium yang ada di dalam bumbu memiliki sifat menetralkan lambung, sehingga menyebabkan lambung shobat semua akan mensekresi asam dalam jumlah yang besar agar makanan khususnya mie instan tadi dapat dircerna dengan baik. Akibat terlalu banyaknya kandungan natrium yang keluar, kadar asam lambung akan mengalami peningkatan, sehingga dengan meningkatnya kadar asam lambung ini akan terjadi pengikisan pada dinding lambung. Nah, inilah yang akan mengakibatkan tekanan darah dalam tubuh kita naik atau meningkat.

2. Mengandung Lilin
Selain mengandung zat natrium, kandungan lainnya yang terdapat pada mie instan yaitu kandungan zat lilin ( Hah..!! Lilin??!! ) He.. Kandungan zat lilin pada mie instan ini digunakan agar mie tidak lengket. sehingga ketika di masak secara otomatis mie akan memecah dengan sendirinya.

Semakin banyak kita mengkonsumsi mie instan sama juga dengan kita banyak memasukkan kandungan lilin ke dalam tubuh kita (bayangkan shobt, lilin masuk ke dalam tubuh kita, bagaiaman ya? ). Dimana zat lilin yang ada di dalam mie instan tersebut dapat merusak sistem pencernaan tubuh dikarenakan zat lilin tersebut dapat dicerna oleh tubuh dalam waktu yang lumayan lama yaitu sekitar 2 hari.

Selain kandungan pada mie instannya itu sendiri ternyata terdapat juga kandungan zat-zat lainnya yang dapat berbahaya bagi kesehatan.

Zat-zat berbahaya lainnya yang terkandung pada mie instan


1. Terdapat pada bumbu mie instan dan pelengkapnya

Sudah tidak bisa diragukan lagi bahwa yang membuat mie yang siap saji ini menjadi enak dan nikmat untuk di konsumsi yaitu karena adanya bumbu dan pelengkapnya. Hal ini karena bumbu mie instan mengandung bahan penyedap rasa seperti : MSG atau Vetsin yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh kita apabila dikonsumsi terus-menerus.

2. Terdapat pada bahan penambah rasa

Ada banyak macam rasa pada mie yang siap saji ini dengan bumbu bahan penambah rasa ini biasanya mengandung flavor.  Secara klinis konsumsi flavor yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit lainnya.

Terus bagaimana dengan mereka yang suka banget bahkan penggemar mie instan, kalau kaya gitu ga boleh makan mie instan dong? Eiiitss jangan khawatir shobt, yang penting kita tahu cara memasakanya .
          kenali makanan berformalin
 









adalah bahan kimia yang kegunaannya untuk urusan luar tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet. Semakin parahnya produk makanan yang yang diawetkan dengan formalin tersebut sangat mengkhawatirkan kondisi produk-produk makanan di pasaran.
Sebagai akibat masuknya formalin pada tubuh bisa mengakibatkan akut maupun kronis. Kondisi akut tampak dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa terbakar, sakit perut, dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair, juga gangguan pencernaan, hati, dan ginjal.
Ciri makanan yang berformalin :
Tahu:
1. Semakin tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat; sedangkan tahu tidak berformalin akan tercium bau protein kedelai yang khas.
2. Tahu yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu tak berformalin jika ditekan akan hancur.
3. Tahu berformalin akan tahan lama, tidak mudah hancur dan awet hingga tiga hari pada suhu kamar 25˚ C. Pada suhu lemari es 10˚ C tahan lebih dari 15 hari. Sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu hingga dua hari.
Mie basah:
1. Bau sedikit menyengat.
2. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25˚ C). Pada suhu 10˚ C atau dalam lemari es bisa tahan lebih dari 15 hari.
3. Mie tampak mengkilat (seperti berminyak), liat (tidak mudah putus), dan tidak lengket.
Ikan:
1. Warna putih bersih, dan teksturnya Kenyal.
2. Insangnya berwarna merah tua dan bukan merah segar.
3. Awet (pada suhu kamar) sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
4. Tidak terasa bau amis ikan, melainkan ada bau menyengat
5. tercium bau asam dari ikan yang diberi formalin, dan jika disayat warna sayatan pucat kusam, isi perut terurai.
Bakso:
1. Kenyal.
2. Awet, setidaknya pada suhu kamar bisa tahan sampai lima hari.
Ikan asin:
1. Ikan berwarna bersih cerah.
2. Tidak berbau khas ikan.
3. Awet sampai lebih dari 1 bulan pada suhu kamar (25˚ C).
4. Liat (tidak mudah hancur).
Ayam potong:
1. Berwarna putih bersih.
2. Tidak mudah busuk atau awet dalam beberapa hari.
Sumber:Nyata.co.id









Hymne Guru

Terpujilah wahai engkau, Ibu Bapak Guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sbagai prasasti, trimakasihku ntuk pengabdianmu.
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa
(Sartono)


Saat kita mendengar lagu “Hymne Guru” hati kita menjadi tersentuh. Betapa mulia dan besar jasa seorang guru dalam menyumbang kemajuan suatu bangsa. Guru disanjung dan dipuja begitu luar biasa karena diibaratkan sebagai pelita dalam kegelapan, sebagai embun penyejuk dalam kehausan, dan sebagai patriot pahlawan bangsa. Namun apakah cukup hanya berhenti pada sekadar sanjungan dan pujian? Terlebih di akhir bait lagu tersehut dikatakan guru adalah patriot pahlawan bangsa tanpa tanda jasa. Cukupkah seorang guru hanya diberi gelar “Pahlawan tanpa tanda jasa?
Di zaman yang semakin susah ini, orang tidak akan mampu hidup hanya dengan sanjungan dan pujian. Gelar “pahlawan tanpa tandajasa” tidak mampu memberi hidup yang layak bagi mereka, bahkan justru membebani. Di zaman ini yang dibutuhkan bukan sekadar sanjungan atau pujian atau gelar, lebih pada perhatian dan penghargaan atas suatu pengabdian yang begitu luar biasa. Jika bukan bangsa mi yang memberi apresiasi atau penghargaan yang selayaknya pada GURU, lalu siapa lagi? Ataukah kita harus berharap pada bangsa lain? Bukankah sejarah membuktikan bahwa kita tidak bisa berharap terlalu banyak pada bangsa lain?


Sungguh ironis, guru yang merupakan profesi yang amat mulia hanya dianugerahi gelar ‘tanpa tanda jasa”, Padahal gurulah yang mengantarkan manusia-manusia Indonesia menuju kepada keberhasilannya. Ilbaratnya
pengorbanan dan jerih payah para guru tidak dapat tergantikan, bahkan dengan penghargaan sekali pun.
Y. Suhartono (Guru dalam Tinta Emas, 2006:ix} menjelaskan bahwa kita bisa membaca dan menulis, guru yang mengajarkan. Kita dapat menduduki jabatan tertentu, guru jugalah yang menghantarkannya. Kita bisa berkreasi atau berwirausaha, ya tetap gurulah yang mempunyai andil besar. Tanpa guru kita tidak dapat seperti sekarang ini.
Begitu besar peran seorang guru dalam kehidupan kita. Namun, ketika kita sudah berhasil meraih impian, kita cenderung melupakan jasa-jasa guru. Ketika murid-muridnya telah berhasil menjadi presiden, gubernur, pengusaha, atau apa pun, guru tetaptah guru dengan gaji yang pas-pasan. Yang berubah dari guru hanyalah usianya yang semakin menua.


Nasib Guru di Indonesia
Entah pemerintah yang salah menerjemahkan lirik lagu “Hymne Guru” atau pengarang lagu yang salah dalam memilih kata-katanya, atau bahkan para guru sendirilah yang terlena dengan sanjungan dan pujian?
Kata-kata “pahlawan tanpa tanda jasa” diterjemahkan sebagai pengabdian yang tanpa pamrih. Sehingga tidak. mendapat penghargaan atau pun gaji yang layak tidak melawan atau memberontak. Dengan diberi gelar pahlawan (dibaca: orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenanan atau pejuang yang gagah berani), bukankah kata pahlawan mengandung makna yang luar biasa sehingga mampu menyihir ribuan guru di negeri ini? Sungguh, kata-kata tersebut seperti senjata makan tuan.


Nasib guru dari dulu sampai saat mi sepertinya tidak mengalami perubahan yang signifikan. Bahkan Iwan Fals dalam salah satu lagunya yang berjudul ‘Oemar Bakrie” mengisahkan tentang nasib guru yang memilukan. Dalam lagu tersebut digambarkan sesosok guru yang bernama Oemar Baknie, yang mengabdikan seluruh hidupnya dengan penuh dedikasi sampai usia tua. Meskipun gajinya yang kecil sering “disunat” sehingga semaikin kecil, namun Oemar Bakrie tetap semangat mengajar murid-muridnya.


Saat munid-muridnya telah “jadi orang”, sosok guru Oemar Bakrie tetap saja sederhana kalau tidak boleh dikatakan miskin, dan nasibnyapun tak kunjung membaik. Di zaman yang serba komputer, serba instant, dan serba modern mi, nasib guru masih tidak jauh berbeda dengan Oemar Bakrie dalam gambaran Iwan Fals.


Salah satu contoh adalah seorang guru yang mengajar di sebuah wilayah di daerah Gorontalo (Fahnaarosyada, kotasantri.com). Ia mengisahkan bahwa untuk mengambil gajinya yang banya sekitar 1 juta, ia barus berangkat dari rumah pukul 5 pagi, dan baru sampai di kota tujuan untuk mendapatkan gajinya sekitar pukul 8 malam. Untuk menempuh perjalanan yang sangat jauh itu, guru tersebut harus mengeluarkan biaya sebesar 200 ribu. Dan hal itu harus dilakoninya setiap bulan.


Contoh lain, adalah seorang guru di Bekasi, sebuah tempat yang tidak tertalu jauh dengan Ibu kota negara kita, Indonesia. Dikisahkan oleh Ferdy Hasan dan Rieke Diah Pitaloka dalam acara yang dipandunya ‘Good Morning’, ada seorang guru di Bekasi yang menjadi tukang ojek. Ia terpaksa menjadi tukang ojek karena dengan gajinya yang hanya 400 ribu, jelas tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.


Contoh yang lain yang tidak kalah memilukan adalah nasib 262 guru TK/RA/BA swasta di Kabupaten Rembang, (Suara Merdeka, Rabu 5 September 2007). Mereka mendapatkan gaji Rp 30.000,00 per bulan. Meskipun gaji inereka ”sangat tidak masuk akal” namun para guru tersebut tetap mengajar dengan tekun.


Menurut mereka, mereka masih tetap bertahan mengajar karena NURANI mereka saja. Mereka merasa kasihan kalau anak-anak desa itu tidak ada yang mengajar. Niat yang tulus tersebut mampu menimbulkan keajaiban. Bagaimana tidak ajaib? Dengan gaji Rp 30.000,00 per bulan mereka tetap mampu mencukupi kebutuhan hidupnya bersama keluarga. ”Saya yakin semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa” kata Prihatin Utomo (29) Guru TK Desa Pace Kecamatan Sedan.


Ketiga contoh di atas hanyalah sebagian kecil gambaran nasib Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Masih banyak guru-guru lain yang mempunyai nasib seperti mereka. Hal yang patut kita pertanyakan adalah mengapa nasib para guru di negeri kita begitu merana dan memprihatinkan? Haruskah lirik lagu pahlawan tanpa tanda jasa diganti dengan pahlawan dengan sejuta jasa?


Gaji guru sangatlah rendah bahkan kadang kala lebih rendah dari UMP, tak ubahnya gaji para pekerja kasar yang tidak memerlukan keahlian apa pun dalam menjalankan pekerjaannya. Sementara untuk menjadi seorang guru dituntut harus lulusan S1 bahkan S2, tetapi gaji mereka? (www.sinarharapan.co.id) Padahal guru dituntut profesional. untuk menjadi profesional dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Bagaimana tidak? Guru harus banyak membaca buku, membaca koran, melihat tv mengakses internet, mengikuti seminar, dsb. Hanya dengan berbagai kegiatan tersebutlah guru mampu mengembangkan kemampuannya secara profesional.


Harapan ke Depan
Semoga saja nasib guru akan semakin lebih baik di masa-masa yang akan datang. Semoga pemerintah memberikan perhatian yang adil kepada para guru baik PNS maupun guru swasta. Bagaimana pun juga harus kita sadar bahwa peran guru swasta sangat besar dalam ikut memajukan dunia pendidikan di negeri ini.


Seorang pengamat pendidikan, Utomo Dananjaya (www.sinarharapan.co.id) mengatakan seharusnya kesejahteraan guru, baik PNS maupun non-PNS menjadi prioritas perhatian pemerintah. Terlebih para guru yang mengajar di SD dan SMP. Karena, para guru SD dan SMP merupakan bagian dari program wajib belajar. Dalam pelaksanaannya program wajib belajar ini pun melibatkan peran guru non-PNS,. OIeh karena itu, sudah seharusnya jika pemerintah bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka, Sertifikasi yang saat ini tengah hangat diperbincangkan di kalangan para guru dan dunia pendidikan pada umumnya menjadi secercah harapan bagi para guru. Meskipun pada kenyataannya proses sertifikasi itu sendiri menjadi begitu rumit karena banyak sekali komponen atau syarat-syarat yang harus dipenuhi. Namun demikian bila seorang guru dinyatakan lulus uji sertifikasi, maka guru tersebut berhak atas tunjangan profesi sebesar satu kali gaji. Hal tersebut berlaku untuk guru negeri maupun swasta. Tunjangan bagi para guru yang lulus sertiflkasi tersebut akan diperoleh dari pemerintah.


Undang-undang Guru dun Dosen pasal 16: Guru yang memiflki seriffikat pendikik memperoleh tunjangan profesi sebesar 1 x gaji .. guru negeri maupun swasta ... dibayar pemerintah...
Kita semua berharap agar sertifikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar. Dengan demikian nasib para guru di negeri ini akan semakin baik dan sejahtera. Dan dengan semakin sejahteranya para guru dan dosen, maka dunia pendidikan akan semakin maju.
.


Penutup
Kita semua harus menyadari bahwa ujung tombak pendidikan nasional adalah guru. Bila ujung tombak tersebut tidak mendapat perhatian sebaik-baiknya, maka tidak mungkin negeri ini akan semakin terpuruk. .Keceriaan para guru menjadi keceriaan bangsa ini. Dengan hanya dianugerahi gelar tanpa tanda jasa, para guru dengan tulus mendedikasikan seluruh hidupnya demi kemajuan pendidikan dan bangsa Indonesia, Apalagi, bila pemenintah sungguh-sungguh memperhatikan nasib para guru, dan mereka bisa mengumandangkan lagu Hymne Guru dengan lantang ” ...engkau patriot pahlawan bangsa.. dengan sejuta tanda jasa!”












 biografi guru TIK ku..


 inilah guruku TIK salah satu guru favorit di MTsN Jombang Kauman,namanya adalah p.hedi pramuktiono lahir ,beliau guru yang baik, pinter, kocak,lucu.keren, manis lagi..

meskipun beliau guru TIK beliau juga sering nasehati kami dengan hadist nya yang mnyentuh hati, selain bisa mengajar beliau juga bisa menghipnotis,keren kann..


Hasil gambar untuk foto last child





Lirik Lagu Last Child – Diary Depresiku


Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yng ku harap tiada pernah terjadi

Ku ingat saat Ayah pergi, dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku, hidup di jalanan
Disaat ku belum mengerti, arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah, yang dulu pernah aku miliki

Wajar bila saat ini, ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan

Mungkin sejenak dapat aku lupakan
Dengan minuman keras yang saat ini ku genggam
Atau menggoreskan kaca di lenganku
Apapun kan ku lakukan, ku ingin lupakan

Namun bila ku mulai sadar, dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan
Disaat ku telah mengerti, betapa indah dicintai
Hal yang tak pernah ku dapatkan, sejak aku hidup di jalanan

Wajar bila saat ini, ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan

Tari Pendet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Tari Pendet.jpg

Penari pendet memegang bokor tempat bunga yang akan ditaburkan.

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).[butuh rujukan]

Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis.[butuh rujukan]

Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya.[butuh rujukan]

Kontroversi Pendet 2009

Tari pendet menjadi sorotan media Indonesia karena tampil dalam program televisi Enigmatic Malaysia Discovery Channel. Menurut pemerintah Malaysia, mereka tidak bertanggung jawab atas iklan tersebut karena dibuat oleh Discovery Channel Singapura,[1] kemudian Discovery TV melayangkan surat permohonan maaf kepada kedua negara, dan menyatakan bahwa jaringan televisi itu bertanggung jawab penuh atas penayangan iklan program tersebut.[2] Meskipun demikian, insiden penayangan pendet dalam program televisi mengenai Malaysia ini sempat memicu sentimen Anti-Malaysia di Indonesia.